Mengejar Karir dengan Soft Skill
guruahmadfauzi.com - Salam guru profesional, berjumpa kembali dengan website seputar dunia pendidikan yang berisi informasi kependidikan Serta mengupas tuntas tentang kiprah guru sebagai pendidik, penulis dan pengusaha (guru 3 in 1) yang dikemas dengan bahasa yang sederhana untuk memberikan kontribusi memajukan pendidikan di Indonesia. Aamiin.
Pada kesempatan yang berbahagia ini guruahmadfauzi.com akan berbagi artikel tentang "jenjang karir mandek tanpa softskill". Artikel ini mengupas tentang softskill di dunia kerja
. Ingin tahu lebih banyak tentang artikel ini, silahkan dibaca ya !
Pada kesempatan yang berbahagia ini guruahmadfauzi.com akan berbagi artikel tentang "jenjang karir mandek tanpa softskill". Artikel ini mengupas tentang softskill di dunia kerja
. Ingin tahu lebih banyak tentang artikel ini, silahkan dibaca ya !
Hard skill dalam bekerja memegang peranan penting. Hardskill diperoleh dari bangku sekolah atau bangku kuliah atau lembaga kursus dibuktikan dengan selembar sertifikat atau ijazah. Hard skill atau kompetensi dipergunakan untuk alat bekerja. Hardskill merupakan kompetensi atau keterampilan yang berhubungan dengan bidang keilmuan tertentu misalnya dokter, guru, tukang listrik dan lain-lain.
Soft skill berupa karakter diri. Kebiasaan yang terbentuk dari pengelolaan diri baik akademik dan non akademik. Bisa dirasa manfaatnya namun tidak nampak atau kasat mata. Dengan dukungan soft skill, produktifitas meningkat. Otomatis keuntungan perusahaan meningkat pula. Semestinya perusahaan melakukan langkah nyata menumbuhkan atau melatih soft skill pada karyawannya. Perusahaan dengan organisasi dan pembinaan SDM profesional biasanya karyawannya memiliki hard skill dan soft skill.
Soft skill terdiri dari 2 kemampuan.
Pertama, kemampuan mengatur diri sendiri (intrapersonal skill). Kemampuan mengatur diri sendiri antara lain keterampilan transformasi karakter, tranformasi keyakinan, manajemen perubahan, manajemen stress, manajemen waktu, proses berfikir kreatif, tujuan pengaturan dan tujuan hidup, percaya diri, penilaian sifat, diri dan freferensi, kesadaran emosional, kontrol diri, inovatif, proaktif, inisiatif, ulet, tekun, tanggung jawab, disiplin, komitmen, integritas, loyalitas dan mampu bekerja dibawah tekanan.
Kedua, kemampuan berinteraksi dengan orang lain (interpersonal skill). Kemampuan ini antara lain : keterampilan komunikasi, keterampilan motivasi, keterampilan kepemimpinan, keterampilan selft-marketing, keterampilan negosiasi, public speaking, kesadaran politik, tolerasi keragaman, orientasi pelayanan, empati, simpati, manajemen konfilik (problem solving), team work, adaptasi dan berjiwa sosial.
Banyak cara menumbuhkan soft skill. Baik melalui pelatihan maupun kesadaran diri pekerja untuk menumbuhkan soft skill. Pelatihan membantu menemukan atau memunculkan soft skill yang terpendam. Pelatihan hanya stimulus, peran kesadaran diri sangat penting. Keduanya harus seiring. Tidak berjalan sendiri-sendiri. Perusahaan berperan penting dengan mengikutkan diklat atau melaksanakan kegiatan diklat mandiri atas biaya perusahaan. Pekerja juga dapat mengikuti diklat secara mandiri. Jangan menunggu perusahaan bila tidak ada program pelatihan atau tidak ada anggaran.
Soft skill mendukung hard skill. Keduanya saling membutuhkan. Pelengkap satu sama lain. Dibeberapa perusahaan soft skill menjadi syarat utama dalam rekrurtment tenaga kerja baru. Lebih mudah melatih hard skill dibanding soft skill. Soft skill butuh waktu lama untuk menumbuhkannya.
Perusahaan memerlukan soft skill untuk inovasi produk, sistem dan manajemen. Produk baru diciptakan oleh pekerja inovatif. Sistem dikembangkan oleh pekerja kreatif. Manajemen mudah diterapkan bagi karyawan loyal. Karena semua karyawan paham mengenai tugas dan kewajibannya.
Keberpihakan pekerja kepada perusahaan juga muncul dari orang-orang yang memiliki soft skill. Pekerja dengan loyalitas tinggi tidak akan menghancurkan perusahaannya sendiri dengan prilaku berhianat misalnya menjual rahasia perusahaan.
Kita meyakini perusahaan hanya mau mempekerjakan calon pekerja terampil dan memiliki soft skill yang baik. Semakin terampil atau kompeten pekerja maka perusahaan akan menganggapnya sebagai aset. Bukan beban apalagi benalu. Sebagai aset, karyawan akan dijaga dan diberi perhatian khusus agar tetap produktif dan menguntungkan perusahaan.
Tidak ada perusahaan yang mau menggaji orang bodoh. Kalaupun ada, pasti adanya di negeri angan-angan. Perusahaan tak mau merugi. Perusahaan ingin profit. Pasti memilih karyawan yang kompeten.
Dalam manajemen SDM, the right man the right job. Artinya pekerja atau karyawan akan ditempatkan sesuai kompetensinya. Semakin tinggi jabatan memerlukan kompetensi yang tinggi pula baik hard skill maupun soft skill. Soft skill memberikan kontribusi pada karir pekerja di sebuah perusahaan. Kemampuan intrapersonal dan interpersonal tidak dilatih dan dikembangkan bisa jadi karirnya mandek, jalan ditempat. Perusahaan pasti memilih karyawan yang memiliki integritas, loyalitas, dan produktifitas. Pekerja yang tidak memenuhi syarat pasti tersingkir.
Persaingan karir di tempat kerja memang selalu ada. Rebutan jabatan atau posisi strategis. Saling sikut sesama teman sekantor bahkan saling menjatuhkan dan kadang memakai cara klenik. Ini dilakuan orang yang tidak memiliki soft skill. Tidak percaya diri. Bermacam cara dilakukan demi karir tidak mandek. Bahkan yang paling parah di instansi pemerintahan. Kita sering mendengar kepala daerah ditangkap KPK, disinyalir telah terjadi transaksi jual beli jabatan. Jabatan diperjual belikan, maka tunggulah kehancurannya. Soft skill penting agar karir gemilang tidak mandek.
Posting Komentar untuk "Mengejar Karir dengan Soft Skill"