Jujur di Pojok Negeri
guruahmadfauzi.com - Salam guru profesional, berjumpa kembali dengan website seputar dunia pendidikan yang berisi informasi kependidikan Serta mengupas tuntas tentang kiprah guru sebagai pendidik, penulis dan pengusaha (guru 3 in 1) yang dikemas dengan bahasa yang sederhana untuk memberikan kontribusi memajukan pendidikan di Indonesia. Aamiin.
Pada kesempatan yang berbahagia ini guruahmadfauzi.com akan berbagi artikel tentang "jujur sebagai modal awal". Persepsi kebanyakan orang bahwa setiap usaha harus punya modal uang. Ya uang menjadi syarat utama. Padahal uang bukan satu-satunya modal yang harus disiapkan dalam memulai bisnis. Kalau boleh saya memberikan masukan bahwa bisnis modal utamanya adalah "Jujur" bukan yang lain. Modal uang bisa dicari tapi kejujuran adalah urusan karakter atau hati. Ingin tahu lebih banyak tentang artikel ini, silahkan dibaca ya !
Anda punya bisnis? Ayo ngaku jangan malu-malu. Ayo jadi pebisnis! Jadilah pengusaha! Jangan selamanya jadi orang gajian! Berwirausahalah maka anda kaya ! Pernyataan dan anjuran ini sedang ngetren di negeri ini. Banyak disampaikan oleh akademisi, motivator, pemerintah mungkin juga orang tua kita.
Secara finansial pengusaha lebih nyata kekayaan dan sumber penghasilannya. Pekerja semuaya dijatah. Gaji dijatah. Jam kerja ditentukan dan liburpun ada waktunya. Apa-apa dijatah, tidak bebas. Terus kita disarankan buka usaha atau bisnis. Cuma pertanyaannya, buka usaha pake modal apa? Modal dengkul. Itu jawaban klasik yang dilontarkan ketika didesak jadi pengusaha.
Untuk menjadi pribadi sukses baik sebagai pekerja atau pengusaha, modal paling topcer adalah jujur. Bermodal jujur Nabi Muhammad SAW sukses menjadi pedagang. Karena jujurnya beliau diberi gelas al-amin. Sekali lagi jujur. Ini modal awal yang harus dipersiapkan disamping modal-modal yang lain. Jujur paling utama karena jujur berasal dari nurani. Sebelum melangkah lebih jauh tentang jujur. Yuk kita bahas dulu apa itu jujur. Tak kenal maka tak sayang. Setuju !
Pengertian jujur adalah adanya kesesuaian antara hati, perkataan dan perbuatan. Jujur berbicara apa adanya. Tidak menambah atau mengurangi sebuah pembicaraan ataupun sikap. Jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karena jujur cerminan akhlak pribadi manusia dan juga cerminan sebuah bangsa. Jujur dimiliki oleh orang-orang beradab.
Jujur sebuah karakter diri. Jujur tidak bisa dibuat-buat. Jujur semestinya menjadi prilaku setiap hari. Karena kejujuran membuahkan kebaikan dan ketenangan hati. Bekerja dengan jujur tidak akan merasa waswas. Karena tidak data yang dimanipulasi, tak pernah mark up harga dan tak ada laporan fiktif serta tak ada uang dikorupsi. Semua dikerjakan dengan hati sesuai nurani yang membuahkan kejujuran. Merasa diawasi walaupun kita tak pernah melihat pengawas. Pengawas kita diri kita sendiri, malaikat pencatat amal dan Allah SWT yang maha melihat semua perbuatan kita.
Kejujuran memang bergantung pada hati nurani. Kita tahu Hati nurani senantiasa mengajak manusia kepada kebaikan dan kejujuran. Namun terkadang kita tertipu dengan bujuk rayu setan sehingga enggan mengikuti hati nurani dan menjadikan nafsu raja di hati kita. Kejujuran dapat membawa kebenaran dan kebaikan, kebenaran dapat mengantarkan seseorang ke surganya Allah SWT.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kesurga…” (H.R.Bukhari).
Lawan jujur adalah pembohong. Bagi pembohong, mudah dan gampang mengatakan yang bukan sebenarnya. Menjadi pembohong akan dicap selamanya sebagai pembohong Tidak akan dipercaya walaupun berbicara benar. Sekali bohong membuat noda diwajah kita. Dan identitas sebagai pembohong sulit dihapus dalam diri kita. Terlanjur berbohong nestapa selamanya.
Mau jujur atau tidak itu sebuah pilihan. Kita mau pilih sebagai orang jujur atau pembohong. Seharusnya sifat jujur juga menjadi identitas seorang muslim. Katakan bahwa yang benar itu adalah benar dan yang salah itu salah. Jangan dicampur adukkan antara yang hak dan yang batil. Allah SWT Berfirman :
“Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”.( Q.S. Al-Baqarah:42)
Menurut imam Al-Gazali, sifat jujur atau benar (siddiq) dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
Jujur dalam niat atau berkehendak yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam sengaja tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah SWT.
Jujur dalam perkataan (lisan) yaitu kesesuaian antar berita yang diterima dengan yang disampaikan. Menempati janji termasuk jujur dalam perkataan.
Jujur dalam perbuatan/amaliah yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan jahimnya tidak menunjukan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.
Dengan modal kejujuran dalam berbisnis atau bekerja membawa kedamaian dalam timbul saling percaya. Bila saling percaya mengikat hati. Tak saling curiga. Pekerja jujur tak perlu CCTV dalam kantor. Tak perlu mata-mata atau penyadap suara. Pekerja jujur bekerja sesuai aturan bukan asal bapak senang. Lebih baik dipecat ketimbang harus mengorbankan kejujuran dan hati nurani.
Kejujuran akan mendorong rasa percaya diri dan optimis dalam bekerja atau berbisnis. Jujur itu amanah yang harus tunaikan. Artinya amanah bila kita diberi kepercayaan akan dijalankan sesuai dengan aturan yang dan berpegang teguh, tidak berhianat dan berkata benar.
Kita sering mendengar dan membaca testimoni pengusaha sukses dengan modal kejujuran dan kerja keras. Bukan uang. Mereka bekerja dengan hati. Kejujuran pondasi dalam bekerja sehingga kepercayaan diraih. Predikat jujur melekat dengan nama kita. Maka tak sedikit orang (sebut investor) yang memberi kepercayaan kepada kita mengelola perusahaannya.
Semoga kita termasuk pribadi yang jujur dan dapat menjadikannya dapat menjadikannya modal awal meraih kepercayaan kepada kita. Amin.
Subhanallah. Benar sekali. Seandainya setiap pemimpin di negri tercinta ini bisa jujur disetiap sudut kehidupan, saya yakin rakyatnya juga amanah dan pasti negri akan makmur.
BalasHapus