Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

KESESATAN BERFIKIR

Semua lelaki adalah buaya darat.
Suami adalah lelaki.
Suami adalah buaya darat.

Kalimat diatas adalah contoh kesesatan berfikir karena salah di pernyataan pertama. Ada pun pernyataan kedua tidak salah, sebab memang suami adalah lelaki.

Tapi karena satu pernyataan yang salah, maka kesimpulannya salah. Inilah kesesatan berfikir.

Seringkali kesalahan itu karena menyamaratakan satu hal seolah-olah mewakili semua hal. Dalam keseharian bisa bermakna begini:

Semua pedagang pasti mengalami rugi. 
Kamu adalah pedagang.
Maka kamu pasti mengalami rugi.

Banyak orang takut berdagang karena takut rugi, bisa karena barang dagangan tidak laku, bisa karena piutang tak tertagih, atau kehilangan tempat dagang.

Apa pun alasannya.

Kenyataanya, tidak semua pedagang mengalami kerugian. Itu sebabnya banyak yang mau berdagang. 

Meskipun pernah rugi, tapi sebelumnya sudah untung banyak sehingga rugi tak seberapa, masih surplus.

Lagi pula, dagang tanpa ilmu sama seperti menyetir tanpa belajar, sudah pasti rugi. Jadi masalahnya adalah tidak belajar atau kurang ilmu, bukan berdagangnya.

Tapi karena pernyataan sesat diatas yang ditelan sebagian orang, masih saja yang percaya sehingga menghindari menjadi pedagang.

Lalu tentang analisa tanda tangan yang disamakan dengan ramalan atau meramal. Lalu meramal itu dosa. Maka menganalisa tanda tangan adalah dosa.

Ini pun kesesatan berfikir.

Sebab analisa tanda tangan tidak tahu kapan seseorang akan mati, kapan seseorang akan sakit, atau apa yang akan terjadi esok hari. Tidak tahu.

Itu sebabnya kami menolak menjadikan analisa tanda tangan sebagai cara merekrut karyawan, sebab kami tidak tahu apakah karyawan itu kelak akan baik atau tidak.

Jadi kami tidak meramal.

Bila Anda menangis lalu kedatangan tamu sehingga Anda berusaha menghapus air mata dan menemui tamu, tamu bertanya "apakah Anda habis menangis?" Pertanyaan itu bukanlah ramalan.

Jadi menasehati tamu agar tidak meramal, atau menuduhnya sesat karena meramal, tanda si penuduh kurang ilmu. Sebab menangis itu sudah terjadi.

Pun analisa tanda tangan, hanya menceritakan apa yang sudah terjadi. Bahkan dalam sesi privat, semua analisa ditanyakan kembali apakah pernah mengalami ini itu? Sebab hakikatnya kami tidak tahu.

Tapi dari pemilihan simbol, artinya ada pola pikir tertentu di masa lalu, artinya ada kejadian tertentu yang melatari cara berfikir seperti itu.

Tapi kalau tetap memaksakan pendapat bahwa analisa tanda tangan adalah ramalan, atau pedagang pasti rugi, atau semua lelaki buaya darat, ya silahkan.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Aaamiin.

Wallahu'alam.

Pagi Bahagia

Alhamdulillah ya Allah, pagi ini saya masih bisa mendengar suara mesin air, suara burung di pohon belakang rumah, dan suara ayam dari rumah tetangga. 

Saya sangat bersyukur bisa melihat, membaca, bahkan memaknai tiap tulisan dan memahami maknanya. Semata-mata karena kasih sayangMu.

Saya pun bahagia masih diberi kesempatan membaca ayat-ayatMu di pagi hari ini, masih diberi kesadaran, kewarasan untuk mengingatMu sebelum ingat hal lain.

Ya Allah, saya memilih bahagia dan bersyukur pada pagi hari ini, menerima limpahan rezekiMu dengan penuh kesadaran, maka bimbinglah hamba ya Allah agar senantiasa dekat denganMu, ada dalam jalan yang Kau ridhoi.

Mengawali pagi dengan rasa bahagia dan rasa syukur adalah kekayaan yang tak bisa diraba dan diukur, saking tinggi nilainya.

Sebab rasa bahagia membuat dada terasa lapang dan rasa syukur membuat darah teraliri nutrisi untuk seluruh organ tubuh.

Saya tahu, ada beberapa orang yang skeptis dengan pernyataan ini, terutama yang sedang terlilit hutang atau merasa dihimpit masalah.

Hayooo ngaku, he...he...

Sebenarnya, hutang diawali dengan kata "terlilit" adalah sebuah metafora bahwa hutang membuat seseorang merasa terlilit. 

Pun masalah diawali dengan kata "terhimpit" pun metafora menggambarkan betapa masalah yang ada membuat seseorang terhimpit.

Kata "terlilit" dan "terhimpit" adalah untuk menggambarkan kondisi sempit hati dan pikiran, kondisi terikat tak berkutik. Benar?

Lalu bagaimana mau membayar hutang bila hati dan pikiran sedang terikat tak berdaya? Ikhtiar apa yang bisa dilakukan manakala hati dan pikiran terjepit? 

Dengan kata lain, seseorang terus menerus berada di masalah itu karena memang tak sadar memilih berada di situasi itu. Sekali lagi, tak sadar.

Padahal, terikat dan terjepit hanyalah metafora, tapi jadi dirasakan benar adanya. Padahal kenyataannya nafas masih terhirup dan terhembus dengan lega, pikiran masih bisa membaca menemukan banyak inspirasi atau hidayah.

Maka saya memprioritaskan untuk meluaskan rasa syukur dengan menyebutkan nikmat Allah lainnya yang saya rasakan seperti bisa bernafas dengan lega.

Alhamdulillah.

Itu membuat pikiran semakin terbuka, bahwa masih banyak alasan untuk lega, leluasa, bebas merdeka, penuh inspirasi, penuh daya, serta berkuasa atas hidup sendiri.

Inilah modal untuk hidup, menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, janji yang belum ditepati, atau hutang yang belum terbayar. Sekali lagi, modal itu adalah hati dan pikiran yang lega, leluasa, penuh inspirasi. Setuju?

Jadi pagi ini saya memilih bahagia, menerima rezeki Allah dengan penuh kesadaran dan suka cita. Saya memilih bahagia dan menarik sumber-sumber yang membahagiakan.

Alhamdulillah.
Ahmad Sofyan Hadi

Posting Komentar untuk "KESESATAN BERFIKIR"